ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
InfovideoFB - Bukanlah seorang pria yang menjadi perompak paling hebat. Melainkan seorang wanita yang berasal dari Tiongkok ini.
Dia adalah Ching Shih, perompak yang paling ditakuti pada masanya.
Dalam sejarahnya, pada awal abad ke-19, wilayah Laut China dikenal marak dengan perompakan buntut akibat dari kemiskinan yang melanda daerah-daerah pinggiran laut. Salah satu kelompok perompak yang paling ditakuti pada masa itu adalah Armada Bendera Merah yang dipimpin bajak laut wanita tersukses dalam sejarah, Ching Shih.
Ching Shih awalnya adalah seorang pelaacur dari Kota Canton, China sampai dia menarik perhatian seorang Zheng Yi atau Cheng I, seorang perompak sukses yang memimpin sebuah kelompok kecil bernama Armada Bendera Merah.
Keduanya akhirnya menikah pada 1801 dan Ching Shih membantu suaminya memimpin armada perompaknya. Selama enam tahun berikutnya kekuatan Armada bendera Merah bertambah secara cepat dari hanya sekira 200 kapal menjadi 600 kapal.
Mereka juga berhasil menjalin aliansi dengan kelompok-kelompok perompak lainnya dan membentuk Koalisi Perompak Canton pada masa itu.
Sayangnya, pada 16 November 1807, Zheng Yi tewas setelah kapalnya diterjang badai dahsyat dan tidak berhasil selamat dari peristiwa tersebut, meninggalkan Ching Shih sendiri memimpin armada raksasa perompak. Tidak ingin menyerahkan Armada Bendera Merah kepada orang lain, Ching Shih memilih meneruskan kepemimpinan suaminya.
Dia kemudian menikahi anak angkatnya sekaligus wakil kapten dari Zheng Yi yang bernama Chang Pao. Pernikahan ini membuat kepemimpinan Ching di Armada Bendera Merah semakin kuat.
Dengan Chang Pao memimpin perompakan dan penyerbuan, Ching Shih berfokus pada sisi manajemen, strategi militer dan perencanaan kekuatan. Di bawah kepemimpinannya, Armada Bendera Merah tumbuh menjadi kekuatan yang luar biasa besar yang mampu menyerbu, merampok setiap kota antara Makau dan Canton.
Pada puncak kejayaannya di 1810, kekuatan Armada Bendera Merah diperkirakan berjumlah 1.800 kapal dengan jumlah pasukan sebesar 70 ribu sampai 80 ribu perompak.
Tidak hanya itu, mereka mengontrol Provinsi Guangdong secara langsung, memiliki jaringan mata-mata yang luas di dalam Pemerintahan Dinasti Qing, dan menguasai Laut China Selatan.
Untuk memimpin armada perompak yang begitu besar, Ching Shih menerapkan peraturan, hukum, dan kode yang harus diataati. Pada dasarnya hukum tersebut bermakna, jika seseorang tidak taat aturan atau Ching Shih pikir seseorang tidak taat pada aturan, maka dia akan dipenggal, tidak ada pengecualian dari peraturan ini.
Beberapa hukum secara spesifik mengatur mengenai hal-hal berikut: ketidakpatuhan, pencurian harta jarahan, pemerkosaan, berhubungan seks ketika bertugas, merompak kota yang telah membayar upeti, dan pergi ke daratan tanpa izin akan diganjar hukum penggal dan mayatnya akan dibuang ke laut.
Sedangkan bagi mereka yang ingin meninggalkan organisasi, Ching Shih memberlakukan hukuman potong telinga. Untuk membantu menerapkan hukum dan aturan-aturan ini serta mengelola pajak, “Mistress Ching”, julukan Ching Shih membentuk sebuah pemerintahan ad hok.
Selain itu dia juga memberikan jaminan keselamatan melintas bagi para pedagang yang membayar upeti kepadanya. Walaupun banyak berperan sebagai ahli strategi, bukan berarti Ching Shih tidak terjun ke medan pertempuran.
Dia ikut terjun dalam pertempuran dengan menggunakan kapal-kapal kecil untuk merompak kota-kota yang berada di tepian sungai. Pada 1808, Pemerintah China yang merasa muak dengan sepak terjang Ching Shih dan armadanya mengerahkan pasukan angkatan laut untuk menghentikan perompak wanita itu.
Namun, tidak hanya dia berhasil mengalahkan pasukan Angkatan Laut Dinasti Qing, Ching bahkan merebut 63 kapal besar dan meyakinkan para prajuritnya untuk bergabung bersama Armada Bendera Merah.
Setelah kekalahan ini, Dinasti Qing meminta bantuan dari negara-negara Barat, yaitu angkatan laut Inggris, Portugis, dan Belanda untuk manaklukkan Ching dengan imbalan sejumlah besar uang. Upaya ini berlangsung selama dua tahun tanpa hasil yang memuaskan dan armada Ching terus memenangkan pertempuran demi pertempuran
Menyadari mereka tidak mungkin menang melawan Sang Ratu Perompak, Pemerintah China akhirnya menggunakan pendekatan lain. Alih-alih berusaha mengalahkannya, Kaisar China menawarkan pengampunan bagi Ching dan sebagian besar anggota kelompoknya.
Walaupun awalnya menolak, pada 1810, Ching Shih mendatangi kediaman Gubernur Canton dan membicarakan perjanjian damai. Kesepakatan akhirnya dicapai dan kelompok Armada Bendera Merah dibubarkan dengan syarat, hampir semua anggotanya diberikan pengampunan dan diizinkan untuk menyimpan harta jarahan yang mereka peroleh selama menjadi bajak laut.
Sebagian besar anggota Armada Bendera Merah dibebaskan dari semua tuduhan kecuali beberapa ratus orang yang dihukum mati dan menjalani hukuman lainnya. Anak angkat sekaligus suami Ching Shih, Chang Pao bergabung dengan Angkatan Laut Dinasti Qing dan memimpin 20 kapal.
Mistress Ching sendiri akhirnya pensiun dari kehidupan merompak pada usia 35 tahun tanpa mendapatkan hukuman apa pun. Dia menyimpan kekayaan yang diperolehnya selama memimpin Armada Bendera Merah dan diberikan gelar kebangsawanan dengan berbagai keuntungan oleh Pemerintah China.
Dia membuka rumah judi dan pelaacuran di Guangzhou yang dikelolanya hingga meninggal dunia pada 1844 di usia 69 tahun. Dia memiliki setidaknya satu orang anak laki-laki dan cucu.
0 Response to "Wanita Ini Adalah Perompak yang Paling Hebat Sepanjang Sejarah. Dia Pernah Memimpin 1800 Kapal !!!"
Posting Komentar